Populasi Bekantan di Kalimantan Selatan Meningkat, Hasil Survey BKSDA Kalsel

BORNEOSIDE.COM, BANJARMASIN– Jumlah bekantan (Nasalis larvatus) di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Burung dan Pulau Suwangi, Barito Kuala mengalami peningkatan signifikan dalam setahun terakhir. Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan mencatat sedikitnya 129 individu selama survei yang berlangsung 21–29 Agustus 2025.

Rinciannya, 96 ekor ditemukan di Pulau Suwangi dan 33 ekor di Pulau Burung. Dalam pengamatan tersebut, petugas bahkan mendapati beberapa betina yang tengah menggendong bayi.

“Bekantan yang kami lihat bervariasi, dari yang masih remaja hingga betina yang membawa bayi. Ini tanda bahwa reproduksi berjalan baik,” kata Jarot Jaka Mulyono, staf Bagian Konservasi Keanekaragaman Hayati BKSDA Kalsel, dikutip dari Garda Animalia.

Jarot menyebut keberagaman usia dan jenis kelamin tersebut menunjukkan populasi bekantan di kawasan ini dalam kondisi sehat.

Survei dilakukan dengan metode konsentrasi, mengikuti pola jelajah dan perilaku alami bekantan. Menurut Jarot, satwa endemik Kalimantan ini biasanya tidur di dekat air, baik di tepi pantai maupun tepian sungai.

“Karena itu kami memulai pengamatan setelah subuh, sekitar pukul 05.30 WITA, menggunakan speed boat untuk mengitari pulau,” jelasnya.

Setelah itu, tim kembali ke titik yang sama pada sore hari untuk memastikan perhitungan. Proses ini dilakukan selama delapan hari agar hasilnya valid dan dapat dibandingkan.

Naik dari Tahun Lalu

Hasil kali ini membuat Jarot cukup terkejut. Tahun lalu, total bekantan di dua pulau itu hanya sekitar 80 individu.

“Sekarang jumlahnya naik cukup banyak. Ini karena proses reproduksi yang berhasil dan adanya induk dengan bayi yang kami temukan,” ujarnya.

Ia menambahkan, peningkatan ini tak lepas dari kondisi habitat yang baik, ketersediaan pakan yang memadai, serta patroli rutin yang menjaga keamanan kawasan.

Meski populasi meningkat, Jarot mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dalam jangka panjang.

“Saat ini habitat masih bagus, tapi kami tetap memikirkan ketersediaan pakan ke depan,” katanya.

Data dari survei tersebut, lanjut Jarot, akan dipakai untuk merencanakan langkah konservasi, mulai dari pengamanan kawasan, menjaga kualitas habitat, hingga penanaman vegetasi yang menjadi sumber makanan bekantan.

“Data ini akan jadi landasan kami untuk memastikan populasi bekantan terus bertambah dan tetap lestari,” tutupnya.